Pengertian
Dari Semiotika
Secara
etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang berarti “Tanda”.
Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang
lain. Contohnya : asap bertanda adanya api.
Secara
Terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan
peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.
Adapun nama
lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua istilah ini
mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari
kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang
bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika,dan mereka yang bergabung
dengan Saussure menggunakan kata semiologi.
Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli
- C.S Peirce
Peirce
mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga
elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah
sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu
sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari
kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda
yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek
atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau
sesuatu yang dirujuk tanda.
Interpretant
atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda
dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak
seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam
proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda
itu digunakan orang saat berkomunikasi.
Contoh: Saat
seorang wanita mengenakan jilbab, maka wanita itu sedang mengomunikasikan
mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol
kemuslimahan.
- Ferdinand De Saussure
Teori
Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori
ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan
pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal
melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang
terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam
karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda
dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika
signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam
sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.Kesepakatan sosial
diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut.
Dalam
berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek
dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure
disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan
interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure
memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan
dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier)
dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified).
Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak
dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”.
- Roland Barthes
Teori ini
dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes
mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi
dan konotasi.
Denotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti.
Konotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di
dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti
(Yusita Kusumarini,2006).
Roland
Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks
pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi
kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan
makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.
Roland
Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks
dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi
dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.
Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi
(makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari
pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan
Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang
diusung Saussure.
Barthes juga
melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat.
“Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah
terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda
baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi,
ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi
makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
Misalnya:
Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena
dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian
berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin,
sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi
berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon
beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.
Secara
ringkas teori dari Barthes ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Dalam
menelaah tanda, kita dapat membedakannya dalam dua tahap.Pada tahap pertama,
tanda dapat dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan (2) petandanya.Tahap
ini lebih melihat tanda secara denotatif. Tahap denotasi ini baru menelaah tanda
secara bahasa. Dari pemahaman bahasa ini, kita dapat masuk ke tahap kedua,
yakni menelaah tanda secara konotatif. Pada tahap ini konteks budaya, misalnya,
sudah ikut berperan dalam penelaahan tersebut.Dalam contoh di atas, pada tahap
I, tanda berupa BUNGA MAWAR ini baru dimaknai secara denotatif, yaitu
penandanya berwujud dua kuntum mawar pada satu tangkai. Jika dilihat
konteksnya, bunga mawar itu memberi petanda mereka akan mekar bersamaan di
tangkai tersebut. Jika tanda pada tahap I ini dijadikan pijakan untuk masuk ke
tahap II, maka secara konotatif dapat diberi makna bahwa bunga mawar yang akan
mekar itu merupakan hasrat cinta yang abadi. Bukankah dalam budaya
kita, bunga adalah lambang cinta?Atas dasar ini, kita dapat sampai pada
tanda (sign) yang lebih dalam maknanya, bahwa hasrat cimta itu
abadi seperti bunga yang tetap bermekaran di segala masa. Makna denotatif dan
konotatif ini jika digabung akan membawa kita pada sebuah mitos, bahwa kekuatan
cinta itu abadi dan mampu mengatasi segalanya.
Macam-macam
Semiotika
Semiotik
Analitik
Semiotik
analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.
Semiotik
Deskriptif
Semiotik
deskriptif adalah semiotk yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami
sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang.
Semiotik
Faunal (Zoo semiotic)
Semiotik
Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan
oleh hewan.misalnya aungan srigala menandakan adanya serigala di tempat aungan
terdengar.
Semiotik
Kultural
Semiotik
kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam
kebudayaan masyarakat tertentu.
Semiotik
Naratif
Semiotik
Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan cerita lisan (Folkkore)
Semiotik
Natural
Semiotik
natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
alam. Misalnya cuaca yang mendung menandakan akan terjadinya hujan.
Semiotik
Normatif
Semiotik
normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh
manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.
Semiotik
Sosial
Semiotik
sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berupa lambang.
Semiotik
Struktural
Semiotik
struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Tipe-tipe Tanda
- Ikon
Sesuatu yang
melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Didalam
ikon hubungan antara penanda dan petanda nya memiliki kesamaan dalam beberapa
kualitas. Suatu peta atau lukisan bisa dikatakan sebagai ikon karena memiliki
kemiripan rupa dengan objeknya. Contoh lain adalah rambu-rambu lalu lintas
seperti “awas, banyak anak-anak!” ,”rambu2 lampu lalu-lintas” semua itu
memiliki kemiripan visual atau bisa juga disebut ”meniru” dengan objeknya.
- Indeks
Merupakan
tanda yang memiliki keterikatan eksistensi terhadap petandanya atau objeknya
atausesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan
penandanya
Di dalam
indeks, hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat nyata dan aktual.
Misalnya bau kentut pertanda ada orang yang baru saja kentut di tempat itu,
tanda panah menunjukkan kanan dibawahnya bertuliskan “SOLO 20 KM” adalah indeks
bahwa ke kanan 20 kilometer lagi adalah kota Solo, begitu juga dengan
tombol-tombol atau link dalam situs web merupakan indeks untuk menuju halaman
web yang dimaksud.
- Ø Simbol
Merupakan
tanda yang bersifat konvensional. Tanda-tanda linguistik umumnya merupakan
simbol. Jadi simbol adalah suatu tanda yang sudah ada aturan atau kesepakatan
yang dipatuhi bersama, simbol ini tidak bersifat global, karena setiap daerah
memiliki simbol-simbol tersendiri seperti adat istiadat daerah yang satu belum
tentu sama dengan adat-istiadat daerah yang lainnya. Simbol palang putih dengan
latar belakang merah sudah disepakati secara internasional bahwa tanda itu
berarti “stop” atau larangan masuk.
- Sistem semiotika dibedakan dalam tiga komponen sistem.
Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan
tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia
dalam menggunakan bangunan.Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap
indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan
persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi
oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat
sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain,
hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.
Dalam
arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur
sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur
akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya,
hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.
- Sistem Semiotika
Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh
yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas
perilaku subyek.
- Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic)
Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan
‘arti’ yang disampaikan.
Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan
‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini
mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan
- Semiotik Semantik (semiotic semantic)
- Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic)
Dalam
arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat
sesuai dengan arti yang disampaikan.Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan
makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui
ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil
persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan
berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui
rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika
ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.
Hubungan
Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan
Salah satu
tujuan Teknologi Pendidikan yaitu memecahkan masalah pendidikan melalui
media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.
DVD umumnya
dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk bebagai sistem tanda
yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang
paling penting dalam DVD adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah
suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar). Sistem semiotika yang
lebih penting lagi dalam DVD adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni
tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.
Kesimpulan
Secara umum
semiotika adalah ilmu yang membahas tentang tanda ( the study of signs).
Tokoh dalam
Semiotika antara lain yaitu C.S Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau
triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign),
object, dan interpretant. Ferdinand De Saussure membagi semiotika menjadi dua
bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Roland
Barthes dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2
tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.
Macam-macam
Semiotika ada 9 yaitu Semiotik Analitik, Semiotik Deskriptif, Semiotik Faunal
(Zoo semiotic), Semiotik Kultural, Semiotik Natural, Semiotik Normatif,
Semiotik Sosial, dan Semiotik Struktural.
Tipe-tipe
tanda antara lain Ikon (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
serupa dengan bentuk objeknya), Indeks (sesuatu yang melaksanakan funsi sebagai
penanda yang mengisyaratkan penandanya), dan Simbol (Sesuatu yang melaksanakan
fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim di gunakan
dalam masayarakat)
Sistem
Semiotika ada 3 yaitu Semiotik Pragmatik (menguraikan tentang asal usul tanda,
kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang
menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek), Semiotik Sintaktik
(menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun
hubungannya terhadap perilaku subyek), dan Semiotik Sematik (menguraikan
tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan).
Hubungan
Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan yaitu memecahkan masalah pendidikan
melalui media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.
komunikasi/
NAMA : AGVIANTO PUTRO
KELAS : DG 1B
NIM : 1615030071
MATA KULIAH : DASAR - DASAR KOMUNIKASI
NAMA : AGVIANTO PUTRO
KELAS : DG 1B
NIM : 1615030071
MATA KULIAH : DASAR - DASAR KOMUNIKASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar