Agvianto Putro
Desain By Agvianto Putro
Senin, 30 November 2015
Agvianto Putro: SEMIOTIKA
Agvianto Putro: SEMIOTIKA: Pengertian Dari Semiotika Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri dia...
SEMIOTIKA
Pengertian
Dari Semiotika
Secara
etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang berarti “Tanda”.
Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang
lain. Contohnya : asap bertanda adanya api.
Secara
Terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan
peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.
Adapun nama
lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua istilah ini
mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari
kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang
bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika,dan mereka yang bergabung
dengan Saussure menggunakan kata semiologi.
Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli
- C.S Peirce
Peirce
mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga
elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah
sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu
sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari
kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda
yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek
atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau
sesuatu yang dirujuk tanda.
Interpretant
atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda
dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak
seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam
proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda
itu digunakan orang saat berkomunikasi.
Contoh: Saat
seorang wanita mengenakan jilbab, maka wanita itu sedang mengomunikasikan
mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol
kemuslimahan.
- Ferdinand De Saussure
Teori
Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori
ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan
pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal
melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang
terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam
karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda
dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika
signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam
sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.Kesepakatan sosial
diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut.
Dalam
berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek
dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure
disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan
interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure
memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan
dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier)
dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified).
Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak
dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”.
- Roland Barthes
Teori ini
dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes
mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi
dan konotasi.
Denotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti.
Konotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di
dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti
(Yusita Kusumarini,2006).
Roland
Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks
pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi
kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan
makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.
Roland
Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks
dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi
dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.
Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi
(makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari
pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan
Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang
diusung Saussure.
Barthes juga
melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat.
“Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah
terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda
baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi,
ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi
makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
Misalnya:
Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena
dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian
berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin,
sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi
berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon
beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.
Secara
ringkas teori dari Barthes ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Dalam
menelaah tanda, kita dapat membedakannya dalam dua tahap.Pada tahap pertama,
tanda dapat dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan (2) petandanya.Tahap
ini lebih melihat tanda secara denotatif. Tahap denotasi ini baru menelaah tanda
secara bahasa. Dari pemahaman bahasa ini, kita dapat masuk ke tahap kedua,
yakni menelaah tanda secara konotatif. Pada tahap ini konteks budaya, misalnya,
sudah ikut berperan dalam penelaahan tersebut.Dalam contoh di atas, pada tahap
I, tanda berupa BUNGA MAWAR ini baru dimaknai secara denotatif, yaitu
penandanya berwujud dua kuntum mawar pada satu tangkai. Jika dilihat
konteksnya, bunga mawar itu memberi petanda mereka akan mekar bersamaan di
tangkai tersebut. Jika tanda pada tahap I ini dijadikan pijakan untuk masuk ke
tahap II, maka secara konotatif dapat diberi makna bahwa bunga mawar yang akan
mekar itu merupakan hasrat cinta yang abadi. Bukankah dalam budaya
kita, bunga adalah lambang cinta?Atas dasar ini, kita dapat sampai pada
tanda (sign) yang lebih dalam maknanya, bahwa hasrat cimta itu
abadi seperti bunga yang tetap bermekaran di segala masa. Makna denotatif dan
konotatif ini jika digabung akan membawa kita pada sebuah mitos, bahwa kekuatan
cinta itu abadi dan mampu mengatasi segalanya.
Macam-macam
Semiotika
Semiotik
Analitik
Semiotik
analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.
Semiotik
Deskriptif
Semiotik
deskriptif adalah semiotk yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami
sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang.
Semiotik
Faunal (Zoo semiotic)
Semiotik
Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan
oleh hewan.misalnya aungan srigala menandakan adanya serigala di tempat aungan
terdengar.
Semiotik
Kultural
Semiotik
kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam
kebudayaan masyarakat tertentu.
Semiotik
Naratif
Semiotik
Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan cerita lisan (Folkkore)
Semiotik
Natural
Semiotik
natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
alam. Misalnya cuaca yang mendung menandakan akan terjadinya hujan.
Semiotik
Normatif
Semiotik
normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh
manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.
Semiotik
Sosial
Semiotik
sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berupa lambang.
Semiotik
Struktural
Semiotik
struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Tipe-tipe Tanda
- Ikon
Sesuatu yang
melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Didalam
ikon hubungan antara penanda dan petanda nya memiliki kesamaan dalam beberapa
kualitas. Suatu peta atau lukisan bisa dikatakan sebagai ikon karena memiliki
kemiripan rupa dengan objeknya. Contoh lain adalah rambu-rambu lalu lintas
seperti “awas, banyak anak-anak!” ,”rambu2 lampu lalu-lintas” semua itu
memiliki kemiripan visual atau bisa juga disebut ”meniru” dengan objeknya.
- Indeks
Merupakan
tanda yang memiliki keterikatan eksistensi terhadap petandanya atau objeknya
atausesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan
penandanya
Di dalam
indeks, hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat nyata dan aktual.
Misalnya bau kentut pertanda ada orang yang baru saja kentut di tempat itu,
tanda panah menunjukkan kanan dibawahnya bertuliskan “SOLO 20 KM” adalah indeks
bahwa ke kanan 20 kilometer lagi adalah kota Solo, begitu juga dengan
tombol-tombol atau link dalam situs web merupakan indeks untuk menuju halaman
web yang dimaksud.
- Ø Simbol
Merupakan
tanda yang bersifat konvensional. Tanda-tanda linguistik umumnya merupakan
simbol. Jadi simbol adalah suatu tanda yang sudah ada aturan atau kesepakatan
yang dipatuhi bersama, simbol ini tidak bersifat global, karena setiap daerah
memiliki simbol-simbol tersendiri seperti adat istiadat daerah yang satu belum
tentu sama dengan adat-istiadat daerah yang lainnya. Simbol palang putih dengan
latar belakang merah sudah disepakati secara internasional bahwa tanda itu
berarti “stop” atau larangan masuk.
- Sistem semiotika dibedakan dalam tiga komponen sistem.
Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan
tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia
dalam menggunakan bangunan.Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap
indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan
persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi
oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat
sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain,
hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.
Dalam
arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur
sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur
akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya,
hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.
- Sistem Semiotika
Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh
yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas
perilaku subyek.
- Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic)
Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan
‘arti’ yang disampaikan.
Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan
‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini
mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan
- Semiotik Semantik (semiotic semantic)
- Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic)
Dalam
arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat
sesuai dengan arti yang disampaikan.Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan
makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui
ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil
persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan
berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui
rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika
ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.
Hubungan
Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan
Salah satu
tujuan Teknologi Pendidikan yaitu memecahkan masalah pendidikan melalui
media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.
DVD umumnya
dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk bebagai sistem tanda
yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang
paling penting dalam DVD adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah
suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar). Sistem semiotika yang
lebih penting lagi dalam DVD adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni
tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.
Kesimpulan
Secara umum
semiotika adalah ilmu yang membahas tentang tanda ( the study of signs).
Tokoh dalam
Semiotika antara lain yaitu C.S Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau
triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign),
object, dan interpretant. Ferdinand De Saussure membagi semiotika menjadi dua
bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Roland
Barthes dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2
tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.
Macam-macam
Semiotika ada 9 yaitu Semiotik Analitik, Semiotik Deskriptif, Semiotik Faunal
(Zoo semiotic), Semiotik Kultural, Semiotik Natural, Semiotik Normatif,
Semiotik Sosial, dan Semiotik Struktural.
Tipe-tipe
tanda antara lain Ikon (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
serupa dengan bentuk objeknya), Indeks (sesuatu yang melaksanakan funsi sebagai
penanda yang mengisyaratkan penandanya), dan Simbol (Sesuatu yang melaksanakan
fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim di gunakan
dalam masayarakat)
Sistem
Semiotika ada 3 yaitu Semiotik Pragmatik (menguraikan tentang asal usul tanda,
kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang
menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek), Semiotik Sintaktik
(menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun
hubungannya terhadap perilaku subyek), dan Semiotik Sematik (menguraikan
tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan).
Hubungan
Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan yaitu memecahkan masalah pendidikan
melalui media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.
komunikasi/
NAMA : AGVIANTO PUTRO
KELAS : DG 1B
NIM : 1615030071
MATA KULIAH : DASAR - DASAR KOMUNIKASI
NAMA : AGVIANTO PUTRO
KELAS : DG 1B
NIM : 1615030071
MATA KULIAH : DASAR - DASAR KOMUNIKASI
Minggu, 22 November 2015
MEDIA KOMUNIKASI DAN STRATEGI KOMUNIKASI
MEDIA KOMUNIKASI DAN STRATEGI KOMUNIKASI
MEDIA
KOMUNIKASI
Media yaitu orang, bahan, peralatan yang
menciptakan kondisi dimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan perbuhan sikap.
Media komunikasi adalah suatu alat yang
digunakan untuk mempermudah dalam menyampaikan informasi dari seseorang kepada
orang lain dengan maksud tertentu.
Tanpa komunikasi manusia akan terpisah dari lingkungannya. Tapi
tanpa lingkungan komunikasi akan menjadi kegiatan yang tidak relevan. Dengan
kata lain manusia berkomunikasi sebab perlu mengadakan hubungan dengan
lingkungan. Ketika Dalam berkomunikasi, manusia tentunya memerlukan media
komunikasi.
Komunikasi juga merupakan sebuah sarana yang dipakai untuk
memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan ataupun menyebarkan dan juga
menyampaikan Informasi.
Media komunikasi sangat berperan di dalam kehidupan masyarakat.
Proses pengiriman informasi di zaman yang serba modern ini sangat canggih.
Teknologi telekomunikasi paling dicari oleh semua orang, untuk menyampaikan
atau mengirimkan informasi ataupun berita sebab teknologi telekomunikasi
semakin berkembang, semakin cepat, akurat, tepat, mudah, murah, efektif serta
efisien. Berbagi informasi antar negara dan benua di belahan dunia manapun
semakin sekarang semakin mudah.
Fungsi media komunikasi, meliputi:
- Efektifitas – dengan adanya media komunikasi akan mempermudah kelancaran dalam penyampaian informasi.
- Efisiensi – dengan menggunakan media komunikasi akan mempercepat penyampaian informasi.
- Konkrit – dengan memakai media komunikasi akan membantu mempercepat isi pesan yang memiliki sifat abstrak.
- Motivatif – dengan menggunakan media komunikasi akan lebih semangat melakukan komunikasi.
Jenis-jenis
media komunikasi, berdasarkan fungsinya sebagaimana di bawah ini:
- Fungsi produksi – media komunikasi yang berguna untuk menghasilkan berbagai macam informasi, Misalnya: PC/Komputer pengolah kata (Word Processor).
- Fungsi reproduksi – media komunikasi yang berguna untuk memproduksi ulang dan menggandakan informasi, Misalnya: Audio tapes recorder serta Video tapes.
- Fungsi Penyampaian informasi – media komunikasi yang berfungsi untuk komunikasi yang digunakan untuk menyebarluaskan serta menyampaikan pesan kepada komunikan yang menjadi sasarannya, Misalnya: Hand phone, Telephone, Faximile, dsb.
Media
komunikasi berdasarkan bentuknya, antara lain di bawah ini:
- Media cetak adalah berbagai macam barang yang di cetak, yang dimana dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan informasi, seperti contohnya: surat kabar/koran, brosur, bulletin dsb.
- Media Audio adalah penerimaan informasi yang tersampaikan dengan menggunakan indra pendengaran, seperti contohnya: Radio dsb.
- Media visual (media yang di pandang) adalah penerimaan pesan informasi yang tersampaikan menggunakan indra penglihatan, misalnya: Peta, foto, Diagram, Tabel dsb.
- Media audio visual adalah suatu media komunikasi yang dapat dilihat sekaligus didengar, jadi untuk mengakses pesan informasi yang disampaikan, digunakan indra penglihatan dan indra pendengaran, seperti contohnya : Televisi, video dsb
Berdasarkan
jangkauannya, diantaranya meliputi:
Media
komunikasi eksternal adalah suatu
media komunikasi yang digunakan untuk menjalin hubungan dan menyampaikan pesan
informasi dengan pihak-pihak luar. Seperti contohnya:
- Media komunikasi tercetak atau tertulis dimaksudkan untuk menjangkau publik eksternal seperti konsumen, pelanggan, mitra kerja, pemagang saham dan sebagainya. Misalnya seperti makalah perusahaan, brosur, bulletin. Media eksternal yang dicetak ini memiliki fungsi sebagai media penghubung, sebagai sarana menyampaikan keterangan, media pendidikan, sarana untuk membentuk opini masyarakat, sarana untuk membangun citra, dll.
- Radio yaitu alat elektronik yang dapat digunakan sebagai media komunikasi serta informasi yang termasuk media audio yang hanya dapat memberikan rangsangan pendengaran saja. Melalui alat ini orang bisa mendengarkan siaran tentang berbagai peristiwa tang terjadi, kejadian penting yang terbaru, masalah-masalah dalam kehidupan maupun acara hiburan.
- TV/Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi sendiri berasal dari kata tele dan kata vision, yang memiliki arti jauh (tele) serta tampak (vision). Jadi televisi dapat di artikan tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Untuk menyampaikan pesan informasi kepada masyarakat melalui siaran televisi dapat dipakai dengan memasang iklan, mengundang wartawan ataupun reporter televisi supaya memuat berita tentang kegiatan atau dapat pula mengajukan permohonan untuk mengisi suatu acara siaran di TV.
- Telepon yaitu sebagai media komunikasi, telepon sangatlah penting untuk menyampaikan serta menerima berbagai informasi lisan, secara cepat dengan pihak publik eksternal.
- Telephone Seluler (Handphone) yaitu merupakan salah satu dari perkembangan teknologi dengan kecanggihan teknologi zaman ini, fungsi handphone tidak hanya sebagai alat komunikasi saja tetapi juga dapat mengakses jaringan internet, sms, mms dan dapat saling mengirimkan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi handphone, maka akan semakin membantu publik dalam melakukan berbagai aktivitas, sebab sekarang handphone dapat dikatakan sebagai identitas seseorang.
- Surat adalah media penyampaian informasi secara tertulis, dapat berupa surat konvensional maupun elektronik. Surat-menyurat merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting diperusahaan. Banyak sekali informasi yang keluar masuk perusahaan melalui media ini, sebab surat merupakan media komunikasi yang sangat efektif jika yang terkait tidak dapat berhubungan secara langsung atau secara lisan.
- Internet adalah Jaringan komputer yang terhubung secara luas dan tersebar di seluruh penjuru dunia. Jaringan ini meliputi jutaan komputer yang saling terhubung satu dengan yang lainnya dengan memanfaatkan jaringan telepon ( baik kabel maupun wirelles/tanpa kabel). Fungsi media ini diantaranya mudah, cepat dan juga murah dalammenyampaikan informasi dengan jangkauan dunia. Internet menyediakan beberapa aplikasi yang bisa dipakai oleh para peggunanya. Misal seperti: Chatting, Email, web, dll.
Media
komunikasi internal adalah semua
sarana penyampaian dan juga penerimaan pesan informasi dikalangan publik
internal, dan biasanya bersifat non-komersial. Penerima maupun pengirim
informasi yaitu orang-orang publik internal. Media yang dapat digunakan secara
internal antara lain, seperti: Surat, telephone, papan pengumuman, house jurnal
(Majalah Bulanan), printed Material ( Media komunikasi cetakan), media
Pertemuan dan pembicaraan, dll.
Kelebihan dan kelemahan media komunikasi
Media Komunikasi Audio
Kelebihan :
1.
Murah dan Mudah
Pengadaannya
2.
Mempunyai jangkauan
luas
3.
Bentuk sederhana
4.
Mudah digunakan
5.
Dapat menyampaikan
pesan secara langsung
6.
Dapat mengembangkan
daya imajinasi
7.
Alat perekam kaset
mudah digunakan
Kelemahan :
1.
Sering timbul gangguan
2.
Biaya pemasangan
relative mahal
3.
Tidak menggambarkan
suatu unsure
4.
Penyajian terikat pada
jadwal
5.
Kecepatan penyampaian
informasi sudah tidak dapat dirubah
Media Komunikasi Visual
Kelebihan:
1.
Biaya Murah
2.
Dapat memperjelas suatu
masalah
3.
Dapat menimbulkan
inspirasi dan imajinasi
4.
Dapat menimbulkan suatu
ide
5.
Alat dan
pemeliharaannya sederhana
Kelemahan:
1.
Menimbulkan rasa bosan
2.
Hanya untuk indra
penglihatan
3.
Tidak bergerak
4.
Memiliki rasa
keterbatasan audien
5.
Keterikatan pada suatu
ukuran
Media Komunikasi Audio Visual
Kelebihan:
1.
Informasi dapat
diterima sesuai dengan kenyataan
2.
Dapat dimengerti hasil
yang sebenarnya
3.
Tidak membosankan
4.
Dapat menimbulkan
penafsiran yang berbeda
5.
Pesan yang disampaikan
bisa secara langsung
Kelemahan:
1.
Biaya relative mahal
2.
Kadang-kadang kejelasan
suara kurang dipahami
3.
Kadang-kadang terjadi
gangguan
4.
Penyajian informasi
terikat pada jadwal
STRATEGI
KOMUNIKASI
A.
Pengertian Strategi Komunikasi
Keberhasilan
kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi
komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek
dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin
akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi
dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan
komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk
menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses
komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi.
Menurut
Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi”
menyatakan bahwa :
“....
strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen (communications management) untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam
arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung
dari situasi dan kondisi”. (1981 : 84).
Selanjutnya
menurut Onong Uchjana Effendi bahwa strategi komunikasi terdiri dari dua
aspek, yaitu :
Secara makro
(Planned multi-media strategy)
Secara mikro
(single communication medium strategy)
Kedua
aspek tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu :
Menyebarluaskan
pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara
sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Menjembatani
“cultural gap” , misalnya suatu program yang berasal dari suatu produk
kebudayaan lain yang dianggap baik untuk diterapkan dan dijadikan milik
kebudayaan sendiri sangat tergantung bagaimana strategi mengemas informasi itu
dalam dikomunikasiknnya. (1981 : 67)
Sedangkan
menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi Komunikasi’ menyatakan
bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional
tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan
strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan
waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna
mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh
beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada
diri khalayak dengan mudah dan cepat. (1984 :10)
B.
Teori Dalam Strategi Komunikasi
Dalam
hal strategi dalam bidang apa pun tentu harus didukung dengan teori. Begitu
juga pada strategi komunikasi harus didukung dengan teori, dengan teori
merupakan pengetahuan mendasar pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Karena
teori merupakan suatu statement (pernyataan) atau suatu konklusi dari beberapa
statement yang menghubungkan (mengkorelasikan) suatu statement yang satu dengan
statement lainnya.
Dari
sekian banyak teori komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, untuk strategi
komunikasi yang memadai adalah teori dari seorang ilmuan politik dari Amerika
Serikat yang bernama Harold D. Lasswell yang menyatakan bahwa cara yang terbaik
untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan
tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What
In Which Channel To Whom With What Effect ? (siapa mengatakan apa dengan cara
apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”.
Formula Lasswell tersebut dapat
dilihat pada skema yang digambarkan oleh Denis Mc Quail dan Sven Windahl
sebagai berikut :
Telaah
komunikator meliputi analisis hal-hal sebagai berikut :
- Sejauh mana si komunikator mempunyai percaya diri (self confident). Dikarenakan dalam Komunikasi Interpersonal ciri/karakteristiknya yang pertama dimulai dari diri sendiri maka komunikator harus percaya pada kemampuannya sendiri untuk melakukan relasi Komunikasi Interpersonal.
- Bagian dari peraya diri pada komunikator adalah penguasaan meteri/pengetahuan yang mendalam tentang hah-hal dari isi pesan yang akan di-reciever-kan (disampaikan).
- Sejauh mana komunikator mengendalikan transaksional, yaitu ketika bertemu dan berkenalan dengan komunikan maka komunikator sudah mempunyai persepsi mengenai identitas dan kepribadian komunikan. Untuk selanjutnya maka komunikator harus tetap mengendalikan identitas dan kepribadian komunikan seperti semula.
- Memelihara relasi, yaitu memelihara hubungan dengan komunikan dengan mengatur jarak duduk atau dengan tetap memperhatikan pandangan pada wajah komunikan.
- telaah atau analisis pesan, komunikan, dan media sudah dibahas di muka pada Bab Proses Komunikasi pasal mengenai Mewujudkan Proses Komunikasi Yang Effektif.
Formula
dari Lasswell tersebut termasuk dalam katagori model-model dasar dalam stretegi
komunikasi. Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai cara,
terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan membentuk struktur tentang proses
komunikasi.
Formula
Laswell menunjukkan kecenderungan-kecenderungan awal model-model komunikasi,
yaitu menganggap bahwa komunikator pasti mempunyai “receiver” (penerima) dan
karenanya komunikasi harus semata-mata dianggap sebagai proses persuasif. Juga
selalu dianggap bahwa pesan-pesan itu pasti ada efeknya.
Formula
Lasswell tersebut mengandung banyak keterkaitan dengan teori-teori lain seperti
diungkapkan oleh Melvin L . De Fleur yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi
dalam buku ‘Dimensi-dimensi Komunikasi’, bahwa ada empat teori:
- Individual Differences Theory, bahwa khalayak sebagai komunikan secara selektif psikologis memperhatikan suatu pesan komunikasi jika berkaitan dengan kepentingannya, sesuai sikap, kepercayaan, dan nilai-nilainya.
- Social Catagories Theory, bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen namun orang-orang yang mempunyai sifat yang sama akan memilih pesan komunikasi yang kira-kira sama dan akan memberikan tanggapan yang kira-kira sama pula.
- Social Relationship Theory, bahwa walaupun pesan komunikasi hanya sampai pada seseorang tapi kalau seseorang tersebut sebagai pemuka pendapat (opinion leader), maka informasi isi pesan tersebut akan diteruskan kepada orang lainnya bahkan juga menginterpretasikannya. Berarti opinion leader tadi mempunyai pengaruh pribadi (personal influence) yang merupakan mekanisme penting dapat merubah pesan komunikasi).
- Cultural Norms Theory, bahwa melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu media massa menciptakan kesan-kesan pada khalayak bahwa norma-norma budaya yang sama mengenai topik-topik tertentu dibentuk dengan cara-cara khusus dengan batas-batas situasi perorangan, yaitu ada tiga :
1. reinforce
existing patterns,
bahwa pesan komunikasi dapat memperkuat pola-pola yang sudah ada dan
mengarahkan orang-orang untuk peraya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh
masyarakat.
2. create new
shared convictions, bahwa
media massa dapat menciptakan keyakinan baru mengenai suatu topik yang dengan
topik tersebut khalayak kurang berpengalaman sebelumnya.
3. change
existing norms, bahwa
media massa dapat merubah norma-norma yang sudah ada dan karenanya dapat
merubah tingkah laku orang-orang. (1981 : 69).
Selanjutnya
strategi komunikasi harus juga meramalkan efek komunikasi yang diharapkan,
yaitu dapat berupa :
1. Menyebarkan
informasi
2. Melakukan
persuasi
3. Melaksanakan
intruksi
Dari
efek yang diharapkan tersebut dapat ditetapkan bagaimana cara berkomunikasi
(how to communicate), dapat dengan :
1. komunikasi
tatap muka (face to face communication), dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan
tingkah laku (behaviour change) dari komunikan karena sifatnya lebih persuasive
2. komunikasi
bermedia (mediated communication),
dipergunakan lebih banyak untuk komunikasi informatif dengan menjangkau lebih
banyak komunikan tetapi sangat lemah dalam hal persuasif.
Dalam
strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting, itulah sebabnya
strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai pelaksana dapat
segera mengadakan perubahan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan. Salah satu
upaya untuk melancarkan komunikasi yang lebih baik mempergunakan pendekatan A-A
Procedure (from Attention to Action Procedure) dengan lima langkah yang
disingkat AIDDA.
A
Attention (perhatian)
I
Interest (minat)
D
Desire (hasrat)
D
Decision (keputusan)
A
Action (kegiatan)
Dimulainya
komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi.
Setelah perhatian muncul kemudian diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang
merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan titik pangkal
untuk tumbuhnya hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa
hasrat tersebut untuk menjadi suatu keputusan komunikan untuk melakukan suatu
kegiatan yang diharapkan komunikator.
Apakah strategi kominikasi Anda dirancang untuk suatu proyek khusus atau untuk suatu periode yang sama sebagai
strategi organisasi, strategi tersebut harus memperhatikan beberapa hal berikut
ini:
a. Tujuan
Tujuan Anda adalah kunci sukses strategi komunikasi Anda.
Tujuan tersebut harus mampu memastikan bahwa strategi komunikasi yang
dikembangkan merupakan tuntutan kebutuhan organisasi, bukan karena adanya
kebutuhan atas komunikasi itu sendiri.
Kegiatan komunikasi Anda bukan merupakan akhir dari semua kegiatan,
tetapi dilakukan demi organisasi dan karena itu harus
dikaitkan dengan tujuan organisasi. Tanyakan pada diri Anda sendiri apa yang
dapat Anda lakukan dalam upaya komunikasi untuk mendukung agar organisasi Anda
mencapai tujuan utamanya. Menggabungkan tujuan komunikasi dan tujuan organisasi
akan menegaskan pentingnya dan relevansi komunikasi, dan karena itu akan
menjadi kasus yang meyakinkan untuk melakukan kegiatan komunikasi dalam
organisasi Anda.
b. Sasaran
Anda perlu mengidentifikasi sasaran Anda dengan siapa
Anda perlu berkomunikasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sasaran terbaik yang
dituju agar mencapai tujuan mungkin saja bukan sasaran yang paling jelas, dan
mentargetkan sasaran, misalnya media, tidak selalu dapat membantu Anda mencapai
tujuan. Setiap orang ingin mempunyai profil media dan profil politik yang
lebih tinggi, namun kegiatan untuk
mendukung dua hal tersebut biasanya
hanya untuk kepentingan pribadi dan hanya terdorong oleh kebutuhan
mengkomunikasikan, dengan dampak yang tidak luas. Efeknya bisa saja negatif
jika Anda menghabiskan seluruh sumberdaya untuk hal ini yang sebenarnya dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan pemangku kepentingan kunci.
c. Pesan
Mencari target yang strategis dan konsisten adalah kunci pesan organisasi. Ciptakan sesuatu yang
komprehensif dan mencakup semua pesan kunci, dan beri tekanan pada unsur-unsur
yang berbeda untuk pendengar yang berbeda. Untuk memaksimalkan dampak pesan yang
akan disampaikan perlu dirangkum dalam tiga point yang dapat diulang-ulang.
Ingat, komunikasi adalah tentang
bercerita: gunakan penyampaian narasi yang menarik, cerita-cerita seputar minat
manusia, dan imajeri yang menarik.
d. Instrumen
dan kegiatan
Kenali instrumen dan kegiatan yang sesuai untuk
mengkomunikasikan pesan kunci. Anda dapat memperoleh gagasan ini dari
pendengar atau dari pesan-pesan, atau
kombinasi dari keduanya. Misalnya, sebuah laporan tahunan akan bermanfaat untuk
komunikasi perusahaan, sementara bulletin email cocok untuk komunikasi
internal. Pastikan bahwa Anda merancang
instrumen dan kegiatan berdasarkan waktu yang sesuai dan sumberdaya dana yang
ada.
e. Sumberdaya
dan skala waktu
Aturan utama yang harus ditaati adalah selalu menepati
janji dan jangan mengumbar janji.
Gunakan sumberdayamu dan skala waktu untuk menetapkan harapan yang dapat
diwujudkan.
f. Evaluasi
dan Amandemen
Pertimbangkan melakukan audit komunikasi untuk
memperkirakan efektivitas strategi komunikasi Anda dengan pendengar internal
maupun external. Gunakan pertanyaan
terbuka dengan jawaban dan tolok ukur yang tepat, dan bila mungkin carilah
seseorang untuk mengerjakan ini.
Pertimbangkan dan diskusikan hasilnya dengan cermat dan gunakan temuan2
yang ada untuk mengubah strategi Anda.
Strategi komunikasi dalam bidang pertanian merupakan
suatu usaha untuk dapat mengubah sosok wajah pertanian dan pedesaan indonesia.
Disamping perubahan di bidang prasarana
fisik, teknologi dan produktivitas pertanian, para petani Indonesia juga telah
berubah secara nyata. Meski pada kenyataannya populasi petani telah menjadi
lebih kecil tetapi mengalami kemajuan kualitas yang lebih baik, bagaimana tidak
ini jelas terlihat pada membaiknya tingkat pendidikan petani yang lebih
mengenal kemajuan, kebutuhan dan harapan-harapannya meningkat, dan pengetahuan
serta keterampilan bertaninya juga jauh lebih baik. Semua ini tidak terlepas
dari suatu sistem strategi yang memiliki hasrat untuk mencapai tujuan secara
efektif. Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan bahwa strategi komunikasi
umumnya dirumuskan dengan memperhatikan tiga hal, yaitu khayalak sasaran, pesan
yang akan disampaikan, dan saluran yang digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Di sisi lain, teknologi produksi pertanian terus
berkembang dan meningkat. Maka upaya penyebaran inovasi teknologi kepada petani
juga perlu ditingkatkan. Tindakan ini
tidak semudah mengaplikasikannya terhadap masyarakat terdidik secara umum, karena
masih banyak dijumpai kasus kegagalan penerapan teknologi oleh petani di
Indonesia. Kegagalan penerapan teknologi oleh petani disebabkan oleh berbagai
faktor, seperti: (1) Faktor-faktor personal petani sasaran seperti umur,
pendidikan, latar belakang budaya, kepercayaan dan perilaku keseharian; (2)
Faktor-faktor situasional seperti keadaan alam, pengaruh keluarga dan kelompok
sosial, dan kebijakan pemerintah; dan (3) Karakteristik teknologi seperti
kerumitan teknologi, sarana pendukung penerapan teknologi kurang tersedia, dan
teknologi yang seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masalah ini
merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan penanganan yang serius, karena
kegagalan penerapan teknologi oleh petani akan menimbulkan dampak negatif
berupa hilangnya kepercayaan petani terhadap suatu teknologi, dan akan
berpengaruh juga terhadap introduksi teknologi berikutnya, sehingga pada akhirnya akan menghambat program-program
pembangunan khususnya di pertanian.
Langganan:
Postingan (Atom)